Tuesday, November 16, 2010

'Seni itu Air'


Lagi petikan daripada novel,  Kuntowijoyo, Mantra Pejinak Ular (Kompas, Jakarta, 2000) halaman 152 – 153 .

 “Dalang ditahan: Seni itu Air


Solo (SB). Abu Kasan Sapari (26), seorang dalang dari Tegalpandan yang juga pegawai Kantor Statistik setempat, kini berada di kamar tahanan Mapolres Karangmojo.  Belum diketahui alasan penahanan itu, tetapi diduga ada kaitannya dengan kegiatannya akhir-akhir ini, yaitu menghimpun para dalang dalam satu wadah. 

Sumber yang tak mau disebut namanya mengatakan bahwa ada konspirasi politik di balik penahanan AKS.  Akhir-akhir ini sebuah kekuatan politik ingin merekrutnya untuk keperluan kampanye tapi ditolaknya.  

AKS berpendapat bahwa seni itu seperti air.  Artinya, kalau ada yang benjol-benjol dalam masyarakat seni akan menutupinya, menjadikannya datar. Kalau ada api seni akan menyiramnya.  Mengutip ajaran Sunan Drajat, AKS berpendapat bahwa seni memberi air mereka yang kehausan, memberi payung mereka yang kehujanan, memberi tongkat pejalan sempoyongan.
Sebaliknya, seni yang hanya menjadi antek politik akan mengingkari tugasnya sebagai seni. 

Kawan-kawan dan para tetangga menunjukkan keherannya mengapa AKS ditahan, padahal ia orang baik, suka menolong, periang, dan suka ngoborol di gardu Siskamling.  Bagi para tetangga satu-satunya kemungkinan ditahan ialah karena AKS memelihara ular di rumahnya.  Seperti pernah diberitakan ia juga Ketua Masyarakat Pencinta Ular Nogogini. (JP)”


ii.


Itulah laporan teman wartawannya, tentang penahanannya Abu Kasan Sapari anak muda aktivis masyarakat yang begitu mencintai ular kerana ular itu sebahagian daripada alam yang mesti dipelihara.

Seni itu besar dan kuat pengaruhnya ke atas masyarakat.  Oleh sebab itu jika seni itu dimanfaatkan sepenuhnya dan sebaik-baiknya bakal membentuk pemikiran yang positif dalam kalangan rakyat.  Di negara ini, yang ke depan adalah para penyanyi - mereka yang menjadi ikutan anak-anak muda dan bahan berita murahan media. 

Mungkin di antara sebabnya ialah kerana pilihan yang dibuat oleh para seniman kita sendiri (?).  Para seniman kita memilih jalan yang mudah dan menguntungkan (?) – ‘hanya menjadi antek politik’ dan ‘mengingkari tugasnya sebagai seni.’



iii.


Bayangkan,  pemerintah yang katanya maha perkasa itu begitu takut dengan peranan dan pengaruh para dalang dan seni pedalangannya ― seperti takutnya mantan regime Orde Baru itu terhadap al-marhum WS Rendra, Prem dan rakan-rakan senimannya yang lain.






No comments: