Mari kita alih dan buang Tempurung itu
“Why would the 'naughty boy of Malaysian journalism' Utusan Malaysia carry such a headline as Kristian agama rasmi? (Christianity as the official religion?), when it is probably not the truth, not reality either, and not possible, and never in the minds or hearts of any Christian.
Christians are generally rational and not merely emotional but we also seek to love every neighbour at the end of the day. And yet the recalcitrant publication accused all Christians with one sweep of their ink-spill. And, most terribly, even the government of Malaysia's initial reactions were also 'idiocratic' to say the least.
Christians are generally rational and not merely emotional but we also seek to love every neighbour at the end of the day. And yet the recalcitrant publication accused all Christians with one sweep of their ink-spill. And, most terribly, even the government of Malaysia's initial reactions were also 'idiocratic' to say the least.
I am really upset, hurt, and therefore insist and ask Utusan for an apology for hurting our feelings and sense of dignity; of every Christian in Malaysia.
Bureaucracy is obvious when public servants use laws to hide their inertia. But the more serious issue of 'Idiocracy' is when public officials (having a publishing permit makes UM public here) abuse the laws for their private or political agenda.
Bureaucracy is obvious when public servants use laws to hide their inertia. But the more serious issue of 'Idiocracy' is when public officials (having a publishing permit makes UM public here) abuse the laws for their private or political agenda.
Malaysiakini kolumnya KJ John bertajuk “ Why, why, why?”
KJ John
May 18, 11
11:33am
May 18, 11
11:33am
_____________________________________
Nadanya KJ John sangat jelas walaupun pada saya, KJ John kelihatannya sangat resah dan begitu bersusah payah sekali menggapai nokhtah terakhirnya dengan kepala yang masih dingin.
Saya sudah sekali dua mencarut dan maki hamun secara hitam-putih lewat blog ini walaupun sebenarnya di dalam diri ini masih kuat keazamannya supaya sentiasa lolos dengan kepala yang dingin dan penuh bertanggungjawab.
Dalam konteks ini saya teringat nasihat Pak Shukur Harun dalam pembentangan pandangannya pada 16 Mei 2011 di bengkel penulisan CAP-Paksi di Titi Hayun, Yan, Kedah. Penulis veteran ini berulang kali berpesan ― berhujahlah dengan penuh hikmah dan jauhilah bahasa yang kesat lagi lucah.
Dalam sesi soal jawab, saya bertanyakan Pak Shukur, “Apakah kita berada dalam satu era, sebuah zaman buah fikiran dan hujah yang rasional itu masih lagi bermakna?”
Kita tidak boleh selama-lamanya berpura-pura semuanya masih waras dan segala tindakan sang penguasa ini masih lagi masuk akal.
ii.
Yang diandalkan oleh pemerintah bejat ini ialah sokongan padu orang-orang Melayu di merata pelosok luar bandar; mereka yang polos dan selurus bendul itu ― yang rata-rata tidak ambil peduli hakikat dan realiti sebenar persekitaran mereka ― kecuali dunia di bawah tempurung. Tempurung yang telah sekian lama menyerkup segala macam gema dan lantunan jerit pekik ketuanan Melayu dan Islam yang tepu kepalsuan dan pembohongan itu.
Apakah yang dapat kita lakukan?
Bolehkah kita semua bangun serentak dan bertindak? Ya, kita (seluruh rakyat Malaysia) bangun untuk menelanjangi siri-siri kejahatan mereka ini dengan bersungguh-sungguh dengan segala kudrat yang kita miliki.
Demi Malaysia yang sejahtera,
Kita mesti alih dan buang tempurung durjana itu jauh-jauh ― secepat dan ― sesegera yang mungkin.
No comments:
Post a Comment