Monday, October 31, 2011

aoul for village

Roh bahasa  


“A note on the translation: the landscape of the Caucasus, the way people live, dress and speak to each other, differs so much from what happens in Russia that the Russians in describing it use an entirely different vocabulary from the one they used when describing themselves.  Tolstoy followed this Russian usage throughout his Caucasian stories.  His translators must decide, therefore, whether to follow his example and use native words or whether they should translate them directly into English.  When British authors describe the live and landscape of India, they do the same thing.  They would not, for example, dream of trying to translate sari.  Nor would any translation be exact since there is no exact equivalent.  So we decided to follow Tolstoy’s example and use local terms such as aoul for village, sakla for cottage and beshmet for tunic, while providing the reader with glossary (on p. 177) to help them understand the text while remaining aware that they are reading about things are essentially foreign to Russians.”


Leo Tolstoy, Hadji Murat, translated by Kyril Zinovieff and Jeremy Hughes, Oneworld Classics, 2011. (Introduction, halaman 13)

Hadji Murat first published in Russian as Khadzhi Murat in 1912.


2.


Bagi kita petikan kecil seperti di atas menunjukkan perihal kekayaan, keunikan dan khazanah yang terdapat dalam sesebuah bahasa itu.  Bahasa sebagai tunjang budaya adalah khazanah bangsa yang lahir, berkembang dan membesar dalam batang tubuh bangsa tersebut.

Sesuatu bahasa itu, lambat laun bakal mati sekiranya dianggap tidak bermanfaat, tidak penting untuk diberikan perhatian.  Bahasa yang direndahkan martabatnya, diperkecilkan peranannya, lebih-lebih lagi jika dikaitkan dengan kemelaratan dan kemiskinan bangsa yang menggunakannya adalah bahasa yang tergugat.  Contoh yang nyata ialah lenyapnya tulisan Jawi dalam tempoh tak sampai satu abad tulisan itu disingkirkan dari arus perdana.   

Ertinya proses mematikan dan kematian bahasa itu menjadi lebih nyata, jelas dan pantas; apabila ia dikeluarkan dari arus perdana pembangunan negara; apabila para pemimpinnya sudah melupakan akar budayanya; apabila para pemimpinnya rendah diri; apabila rakyat penutur utamanya, orang-orang Melayu, mengaku secara terbuka bahawa bahasa ibunya adalah bahasa Inggeris.

Apakah Melayu murtad budaya kerana berhasrat menjadi manusia global, kesemua dan keluruhannya, yang kita inginkan?
 
Dan siapa kata hegemoni (tentunya yang lebih besar dan berkuasa) terhadap yang kecil itu tidak memudharatkan?



No comments: