Wednesday, October 9, 2013

"Therefore the victims are Malays"



Menunggu


Menunggu begitu menjengkelkan sesaat rasanya seperti setahun.

Siapa lagi  yang paling faham tentang ‘menunggu’ kalau bukan para banduan (narapidana) yang menonton teater “Waiting for Godot”?

Kata Bakdi Soemanto dalam kata pengantar, “ Menunggu Godot” karya Samuel Beckett (Penterjemah Farid Bambang S.), Yayasan Bentang Budaya (1999)


“Seperti ditulis oleh seorang wartawan Chronicle yang terbit di San Francisco, salah seorang narapidana berkata bahwa mereka memang harus menunggu. Menunggu apa dan siapa? Jawabnya jelas: pembebasan.  Jadi, siapakah Godot? O, Godot adalah masyarakat di luar sana.  Tetapi, jika yang ditunggu itu benar-benar datang, mungkin mereka kecewa.  Sebab, di luar penjara belum ada jaminan bahwa mereka akan bahagia.  Mungkin, orang-orang akan tetap mencuriga mereka kalau saja mereka kambuh berbuat jahat lagi.  Atau, teman-teman mereka yang ada di luar akan memperlakukannya dengan kurang baik, sebab teman-teman itu curiga bahwa mereka telah memberitahukan nama-nama penjahat teman mereka.  Demikianlah, bagi mereka, tidak ada pilihan lain kecuali menunggu dan menunggu.”

Mungkin anak-anak muda kita boleh teliti teks ini untuk melihat sisi ‘tragikomik, lucu getirnya’ kehidupan kita.                

Seperti kata-kata lucu getirnya di bawah ini:


"The largest drug dealers are Chinese, the smaller ones are Indians and the users are Malays.

"In Internet gambling, the bosses are Chinese, operators are Indians and patrons are Malays...

"Therefore the victims are Malays," Zahid said, adding that he is home minister due to Malay support that made him Umno vice-president.


Sumber: http://www.malaysiakini.com/news/243188
Malaysiakini: “Carry on, Zahid tells 'Tiga Line' dons 12:42PM Oct 7, 2013.


Kita yang dulunya, kini, selamanya semalam, hari ini dan esok sentiasa saja mendengar syarah-syarah di khalayak pelbagai kaum tentang negara kita yang bersatu padu, aman damai, penuh harmonis dan segala adjektif itu.  Ya, kata syarahan-syarahan itu lagi, kitalah negara paling harmonis dalam di dunia ini sehinggakan segala macam bangsa di dunia ini pun sangatlah iri hati mereka itu dengan kebijaksanaan kita memimpin itu.


Kita sudah lama sekali menikmati siri-siri kebijaksanaan seperti di atas itu.  Sekarang kita sedang menunggu satu kebijaksanaan baru dalam bentuk yang mudah-mudahan berbeza.   

Sampai bila kita menunggu perubahan itu?

Mungkin kita perlu menonton episod “Menunggu Godot” berulang-ulang kali sambil ketawa ha, ha, ha (atau kah...kah...kah)?




No comments: