Pemimpin dan
idea yang terjuntai
Diteruskan
syarahnya:
“Pemimpin itu
kitalah yang pilih, usung, angkat dan berikan amanah untuk memimpin.
Aku, sama
seperti saudara, punya suara dan pandangan
tentang pemimpin dan kepimpinan.
Aku, sama juga
seperti saudara, bertanggungjawab dalam memilih pemimpin.
Aku mungkin seorang
yang gemar bersyarah dan kerjaku setiap hari ialah bersyarah. Sama ada seluruh dunia melihatku bersyarah atau
pun tidak, itu tidak ada sebarang kesan kecuali saudara ini (dia menghampiriku,
aku mundur setapak). Saudara ini suka sekali,
setiap kali aku hadir bersyarah. (Sekali lagi dia menghampiriku, aku cuba berdiri
tegak seperti patung). Tidak apa, bukankah kerjaku ialah bersyarah tentang
dunia? Dunia yang kacau!!”
Begitu melihat
ada yang lalu lalang membuang puntung rokok, dia berhenti mendadak. Seperti helang di puncak menara PWTC, dia menukik
lalu menyambar sisa tembakau yang belum dibakar habis itu. Dan di situlah dia bertinggung untuk sekian
lamanya sambil menarik nikmat yang tak terkatakan. Lama kemudiannya, baru disambungnya syarahan:
“Aku suka
rokok dan gemarkan sisa-sisa puntung rokok yang dibuang. Pemimpin punya kuasa, kedudukan, pangkat dan pengaruh. Apakah pemimpin juga suka sisa nikmat puntung
rokok dunia dan segala isinya?”
Aku, sama
seperti saudara, memilih pemimpin bukan untuk memburu keinginannya tapi untuk
mengurus negara dan orang-orang sepertiku!”
“Puntung
rokok! Puntung rokok!!! Siapa ada puntung rokok paling nikmat?”
Tanpa
disedarinya, puntungnya juga terjuntai seperti terjulurnya segala idea dan
pemikiran para pemimpin negaranya tentang ekonomi dan bla bla...
No comments:
Post a Comment