Tuesday, September 15, 2009

Terminal terakhir

Pola pencarian seniman


“Our task as human is to find some formulas to pacify the great anguish of human kind. We must put together what is torn apart, make justice a possibility in an obviously unjust world, render happiness to peoples poisoned by the sufferings of our age. This is of course a superhuman task, yet one simply calls ‘superhuman’ those tasks which men take a very long time to accomplish.’ Albert Camus dalam himpunan eseinya L’Été.

Yang terjemahannya kira-kira bermaksud begini: “Tugas kita sebagai manusia ialah mencari beberapa rumus buat mengamankan keresahan maha gawat umat manusia. Kita perlu jahit semula yang koyakrabak, memungkinkan tertegaknya keadilan dalam dunia yang jelas tidak adil dan tebarkan kebahagiaan pada bangsa-bangsa yang diracuni penderitaan zaman kita. Tentunya ini adalah tugasan seorang superhuman, seorang manusia luar biasa, tugasan manusia-luar-biasa yang mengambil masa yang cukup lama untuk dicapai manusia.”

Sementara Dinsman dalam ucapan penerimaan ijazah kehormat Sarjana Persuratan Universiti Utara Malaysia, pada 18 Oktober 2008, mengaku begini:

“Maka terima kasih saya ucapkan dengan hati yang tulus ikhlas, kerana menyedarkan dan menginsafkan saya bahawa perjalanan hidup saya sudahpun jauh, dan saya tidak punyai banyak masa lagi untuk bermain-main dan berlengah-lengah di pentas dunia yang bergemerlapan ini. Masanya sudah tiba untuk bersungguh-sungguh bertekun mempersiapkan diri untuk menuju ke alam di bawah tanah, alam yang menjanjikan kebahagiaan abadi.”

Begitulah kembara manusia seniman. Manusia seniman yang jarang sunyi dari tragedi dan kisah kepetualangan merempuh rimba raya yang apa-saja-namanya baik nihilisme maupun absurd. Namun terminal terakhir mereka sebagai seniman masih jelas.

Bandingkan pula dengan tingkah para politikus kita yang pernah/masih besar yang tercokoh di depan mata kita. Apakah kita, sebagai rakyat yang mereka pimpini, pernah melihat imbasan bayang-bayang terminal terakhir itu?

Mazhab apakah agaknya yang dianuti para pemimpin besar kita, dulu dan sekarang?




No comments: