Dari facebook seorang teman: Herry Nurdy
“Indikator Sukses Ramadhan
Sahabat,
Agar tak seperti definisi kedua, maka berhati-hatilah. Beberapa tanda sukses di bulan Ramadhan adalah, meningkatnya rasa keikhlasan. Kedua, Anda merasa lebih dekat pada Dzat yang memiliki hidup dan mengatur semesta. Allah mengawasi dan mengetahui segala yang terjadi, termasuk desir halus di dalam hati manusia. Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab melakukan perjalanan dari Madinah ke Makkah. Di tengah jalan beliau bertemu dengan seorang pemuda yang miskin, penggembala kambing. Umar mencoba menguji sang pemuda miskin, tidak terdidik dan hidup jauh dari kota.
"Maukah kau menjual satu ekor dari kambingmu yang banyak itu?" tanya Umar membuka pembicaraan.
Sang pemuda menjawab, "Saya bukan pemilik kambing-kambing itu. Saya hanya penggembala".
Kemudian Umar membujuk lagi, "Katakan saja kepada tuanmu kalau seekor serigala telah datang memakannya."
Lalu dengan sangat tegas, sang pemuda memberikan jawaban yang tak mampu dibantah oleh Umar. “Lalu di mana Allah?” jawab sang pemuda. Kemudian, Umar pun menangis melihat sikap pemuda yang terjadi jauh lebih berakal dari penampilannya.”
Agar tak seperti definisi kedua, maka berhati-hatilah. Beberapa tanda sukses di bulan Ramadhan adalah, meningkatnya rasa keikhlasan. Kedua, Anda merasa lebih dekat pada Dzat yang memiliki hidup dan mengatur semesta. Allah mengawasi dan mengetahui segala yang terjadi, termasuk desir halus di dalam hati manusia. Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab melakukan perjalanan dari Madinah ke Makkah. Di tengah jalan beliau bertemu dengan seorang pemuda yang miskin, penggembala kambing. Umar mencoba menguji sang pemuda miskin, tidak terdidik dan hidup jauh dari kota.
"Maukah kau menjual satu ekor dari kambingmu yang banyak itu?" tanya Umar membuka pembicaraan.
Sang pemuda menjawab, "Saya bukan pemilik kambing-kambing itu. Saya hanya penggembala".
Kemudian Umar membujuk lagi, "Katakan saja kepada tuanmu kalau seekor serigala telah datang memakannya."
Lalu dengan sangat tegas, sang pemuda memberikan jawaban yang tak mampu dibantah oleh Umar. “Lalu di mana Allah?” jawab sang pemuda. Kemudian, Umar pun menangis melihat sikap pemuda yang terjadi jauh lebih berakal dari penampilannya.”
__________________________________________________________
Soalan kita:
Jika kita perhatikan, soalan seperti “Lalu di mana Allah?” itu tidak begitu dihayati sehingga meresap menjadi amalan biasa dalam kalangan ummah. Pengucapan muluk-muluk berbentuk motivasi@peringatan supaya ‘manusia Islam sentiasa takut dan ingatkan Allah’ itu tidak juga berbekas walaupun sudah berkali-kali diucapkan di merata forum, seminar, khutbah, tv dan sebagainya. Peringatan seperti ini muncul dalam setiap khutbah Jumaat di buana ini.
Ertinya seruan ini muncul dan berlegar dalam syarahan kepada khalayak. Contoh-contoh amalan ini kelihatannya popular dan cukup bagus untuk disyarahkan. Ia baik sebagai halwa dan hiburan telinga.
Ya, semacam bahan hiburan bersama.
2.
Kenapakah semua ini terjadi? Kenapakah contoh-contoh motivasi amalan yang baik begini tidak meresap ke dalam masyarakat sehingga menjadi amalan biasa ummah?
Mungkinkah kita telah kehilangan barakah kerana yang katanya bertanggungjawab mengurus Islam itu, rata-rata sudah menjadi pelakon@aktor separuh profesional dalam bidangnya? Maknanya semasa berurusan dengan soal-soal agama Islam ini ─ tanggungjawab dinasnya ─ mereka lebih asyik berlakon.
Mereka, orang-orang yang tugas rasminya itu mengurus agama Islam itu, lebih gemar berlakon. Mereka berlakon tatkala mengurus zakat supaya kelihatan peduli. Mereka, misalnya berlakon dalam operasi memberantas murtad kerana katanya berazam memelihara akidah orang-orang Islam.
Mereka berlakon supaya khalayak melihat mereka pedulikan Islam. Mereka berlakon dalam akhbar, mereka berlakon di kaca tv. Mereka berlakon di mana-mana saja...
Ertinya mereka begitu bersusah sekali supaya kelihatan Islamik.
Persoalannya:
Bagaimanakah caranya kita mahu musnahkan parasit-parasit agama ini?
No comments:
Post a Comment