Sunday, June 17, 2012

Kita mohon kewarasan. Lakukan sesuatu


Pembunuhan Rohingya di Burma: Kita jadi penonton saja?

Sumber: Harakahdaily 

“KUALA LUMPUR: Kerajaan Malaysia didesak supaya memainkan peranan yang lebih prihatin sebagai salah sebuah anggota Asean yang menjadikan Islam sebagai agama rasmi untuk memastikan umat Islam di rantau ini tidak dizalimi oleh mana-mana pihak.

Demikian tegas Penolong Setiausaha Dewan Ulamak PAS Pusat, Ustaz Nazmi Nik Din ketika mengulas laporan media antarabangsa mengenai situasi yang menyedihkan yang menimpa umat Islam Rohingya di Myanmar.”

Membaca desakan di atas, kita teringat kepada apa yang pernah ditulis oleh anak watan Burma yang terkenal itu,  Aung San Suu Kyi.  Inilah petikan tulisannya:

“How many can be said to be leading normal lives in a country where there are such deep divisions of heart and mind, where there is neither freedom nor security? When we ask for democracy, all we are asking is that our people should be allowed to live tranquilly under the rule of law, protected by institutions which will guarantee our rights, the rights that will enable us to maintain our human dignity, to heal long festering wounds and to allow love and courage to flourish.  Is that such a very unreasonable demand?” (halaman 205)

Aung San Suu Kyi, “Letters from Burma”,  Penguin Books , 1997

II.

Tentunya kita teringatkan kepada pemerintah kita.  Kita berdiam diri dan menjadi pemerhati? 

Di samping itu kita juga teringat dan mengharapkan sahabat-sahabat kita dari pelbagai agama melakukan sesuatu.  Kata orang,  berdiam diri samalah seperti mengakuri perbuatannya - pembunuhan massal sesama manusia.