Menunggu
Menunggu
begitu menjengkelkan ―
sesaat rasanya seperti setahun.
Siapa
lagi yang paling faham tentang ‘menunggu’
kalau bukan para banduan (narapidana) yang menonton teater “Waiting for Godot”?
Kata Bakdi
Soemanto dalam kata pengantar, “ Menunggu Godot” karya Samuel Beckett
(Penterjemah Farid Bambang S.), Yayasan Bentang Budaya (1999)
“Seperti
ditulis oleh seorang wartawan Chronicle yang terbit di San Francisco, salah
seorang narapidana berkata bahwa mereka memang harus menunggu. Menunggu apa dan
siapa? Jawabnya jelas: pembebasan. Jadi,
siapakah Godot? O, Godot adalah masyarakat di luar sana. Tetapi, jika yang ditunggu itu benar-benar
datang, mungkin mereka kecewa. Sebab, di
luar penjara belum ada jaminan bahwa mereka akan bahagia. Mungkin, orang-orang akan tetap mencuriga
mereka kalau saja mereka kambuh berbuat jahat lagi. Atau, teman-teman mereka yang ada di luar
akan memperlakukannya dengan kurang baik, sebab teman-teman itu curiga bahwa
mereka telah memberitahukan nama-nama penjahat teman mereka. Demikianlah, bagi mereka, tidak ada pilihan
lain kecuali menunggu dan menunggu.”
Mungkin anak-anak
muda kita boleh teliti teks ini untuk melihat sisi ‘tragikomik, lucu getirnya’
kehidupan kita.
Seperti
kata-kata lucu getirnya di bawah ini:
"The
largest drug dealers are Chinese, the smaller ones are Indians and the users
are Malays.
"In
Internet gambling, the bosses are Chinese, operators are Indians and patrons
are Malays...
"Therefore
the victims are Malays," Zahid said, adding that he is home minister due
to Malay support that made him Umno vice-president.
Sumber: http://www.malaysiakini.com/news/243188
Malaysiakini:
“Carry on, Zahid tells 'Tiga Line' dons 12:42PM Oct 7, 2013.
Kita yang dulunya,
kini, selamanya ― semalam,
hari ini dan esok sentiasa saja mendengar syarah-syarah di khalayak pelbagai
kaum tentang negara kita yang bersatu padu, aman damai, penuh harmonis dan
segala adjektif itu. Ya, kata syarahan-syarahan
itu lagi, kitalah negara paling harmonis dalam di dunia ini sehinggakan segala
macam bangsa di dunia ini pun sangatlah iri hati mereka itu dengan kebijaksanaan
kita memimpin itu.
Kita sudah
lama sekali menikmati siri-siri kebijaksanaan seperti di atas itu. Sekarang kita sedang menunggu satu kebijaksanaan
baru dalam bentuk yang mudah-mudahan berbeza.
Sampai bila
kita menunggu perubahan itu?
Mungkin kita
perlu menonton episod “Menunggu Godot” berulang-ulang kali sambil ketawa ha,
ha, ha (atau kah...kah...kah)?
No comments:
Post a Comment