Thursday, May 13, 2010

Balada anak muda generasi baru


I)


aku ― anak muda abad 21

ingat benar pesan keramat ayah-ibu:


“besar nanti

jadilah dirimu insan gemar berfikir

awas! bangsamu jangan sampai fakir!”


maunya ibu-ayah: Namaku Mohd Fikir

sayang di rekod beranak sedikit gelincir

yang di balai sarjan, berturban


“ini kicik apa nama mau taruh?”


“Mohd Fikir tuan, Mohd Fikir”


“Bin?”


“Qhosim”


melihat surat beranak ― ibu terkejut bukan kepalang:


“bang, napa anak kita: Tuan Fakir Qhosim?”

biarpun ayah-ibu pengsan 12 juzuk


aku bukanlah Mohd Fikir Qhosim


akulah anak muda Tuan Fakir Qhosim


ya, sehingga ke saat, detik ini.

namun dodoi ibuku tetap meriah:



bangunlah anakku, bangunlah

tegaklah kalian sesama padu

bangunlah segera

anak muda generasi baru.



II)



di lembah inilah moyangku meneroka harapan

memancang tapak buat zuriat keturunan

memugar belantara menjadi tanah pusaka

di lembah inilah, ayah-ibuku lahir membesar;

bermain, bercinta, akhirnya bersatu

aku, Tuan Fakir Qhosim

adalah zuriat peneroka zaman silam.



III)



kata ayahku, tiga puluh tahun lalu

di kasur usang,

arwah datuknya sudah berpesan:



“jagalah anak cucumu,

taatlah pada Rasul dan

peganglah petunjuk Al-Quran,

ikutilah jalan Muhammad SAW,

jangan sampai kau durhaka pada pemimpin

mereka adalah benteng pelindung bangsa

agar Melayu tak bakal pupus di dunia!!”



namun ibu tetap mendendang meriah:


bangunlah wahai anakku, bangunlah

tegaklah kalian sesama berpadu

bangunlah segera, bangunlah

wahai anak muda generasi baru.



IV)



hari ini, di padang lapang abad 21

padaku, ayah tidak lagi berpesan celoteh:



tentang bangsa, tentang Melayu dan para pelindungnya

beberapa purnama lalu

ada pesta meratah sekalian pelindung bangsa(t) itu

bersama deru angkuh jentolak dan mesin bengisnya.

tanah pusaka ― mimpi muluk moyangku, kini ranap semua

puingnya padang jarak padang tekukur.



namun ibuku tetap mendendang yakin:


bangunlah wahai anakku

tegaklah kalian sama-samamu

bangunlah segera

wahai anak muda generasi baru.



V)



aku, kata ayah ibu, adalah tuan fakir qhosim

mantan penghuni tanah pusaka tak berbekas

adalah zuriat keturunan Melayu itu

yang sekian lama sangat yakin dan percaya

bahawa pantang Melayu durhaka pemimpinnya

hari ini di padang lapang abad 21 ini

aku mungkin saja anak muda yang fakir harta

namun buta minda, papa jiwa, fakir logika

jauh sekali



aku sudah tidak lagi leka bertanya:


jaguh Melayunya di mana?

akulah anak muda saksi nyata abad 21

menobat diri jaguh segala manusia ciptaan Ilahi

telah kuamati telatah durjana para pembelot

telah kutilik pendurhaka ulung memangsai rakyat

kuhafal khatam semua perilaku mereka ― dan segalanya



ingatlah, fakirku tidak sekali-kali meminta-minta

mabuk belas dan ehsan, rindu pada pujuk dan rayu,

racau mau disogok-upah-subsidi sang penguasa rakus.

dan pesan keramat ibu itu



tak mungkin kulupakan:


bangunlah, wahai anakku, bangun

tegaklah kalian sesama berpadu

bangunlah segera, bangun

wahai, anak muda generasi baru.



aku, Tuan Fakir Qhosim

yang tidak pernah muflis jiwa raganya

adalah dari kumpulan anak muda generasi baru

pendobrak segala tembok kejahilan

pemusnah setiap langkah kezaliman!

aku tak akan pernah lupa pesan ibu:



bangunlah, wahai anakku, bangun

tegaklah benteng sesama kalian

bangunlah! segeralah bangun,

kitalah anak muda generasi baru itu.




barajiwa


wangsa maju

9 mei 2010


(dibaca pada khalayak pada 9 Mei 2010, Pusat Aduan Rakyat, Kempas, Johor. Untuk makluman jika ada yang berminat untuk perbaiki - diksinya, strukturnya atau apa saja yang dirasakan bagus jika diperbaiki, silakan marilah kita perbaiki bersama. Terima kasih)



No comments: