Friday, August 12, 2011

Madah Sang raja

Sumber: Malaysiakini

Only NGOs want natives in jungles, says CJ
Joseph Sipalan
Aug 12, 11
2:05pm

A debate on the merits of development over preservation of native lifestyle took centre stage at the Federal Court today, as Chief Justice Zaki Azmi argued that Sarawak's natives need to be taken out of the jungle to enjoy development like other Malaysians.

While listening to submissions from counsel Sulaiman Abdullah - who is representing Bato Bagi and Jalang Paran in seeking redress for the loss of their native customary rights (NCR) land - Zaki noted that the interests of the majority should be of higher priority over the minority.

Zaki (
left) said that out of the tens of thousands of natives who had to relocate because of the Bakun hydroelectric dam project and a proposed pulp mill, only a handful have decided to formally challenge the government's takeover of their land.

"I'd say it's only the NGOs who want to leave the natives in the jungle," he said, arguing that the nation must come before individuals.
Zaki is hearing the case as part of a three-member Federal Court panel, which include Chief Judge of Sabah and Sarawak Richard Malanjum and justice Md Raus Sharif.
______________________________________________


Saya masih teringat sebuah drama dipentas, entah oleh kumpulan mana, dalam pesta “Sambutan Bulan Bahasa’ di Sungai Petani, Kedah.  Itulah di antara peristiwa menarik yang pernah saya alami dalam pesta tersebut.  Betapa terujanya ketika itu,  menonton lakonan pentas untuk kali pertamanya.

Lakonannya mengisahkan Sang Raja terserempak seorang petani melarat sedang lahap menikmati hidangannya ─ nasi putih lauk ikan kering,  berulamkan nenas.  Sang Raja begitu terpesona dengan selera makan rakyat kecilnya itu.

Kata Sang Raja dia begitu iri hati melihat kebahagiaan petani melarat itu walaupun miskin. 

“Beta memiliki segala-galanya ─ tapi makan pun beta tidak berselera...”

Maka bermadahlah petani yang hina dina itu bahawa sesungguhnya kebahagiaan itu tidak boleh diukur dengan harta dan benda.  Ia adalah soal hati.


2.

Nasib baik juga Sang Raja itu tidak terlanjur bersabda, “Awak bukan saja ketinggalan zaman, malah awak nyata ketinggalan nikmat hidup.  Bayangakan awak tinggal dalam hutan Bakun ─ tempat yang tidak pernah terhidu harumnya gemerlapan Menara Kembar!” 


3.

Betapa sungguh luar biasanya negara kita ini.  Untuk ahli politik mana dan orang bisnes yang mana,  Sang Raja ini berpidato?



  

No comments: