Thursday, December 13, 2012

Dari kamar tidur (sambil mengharapkan pulih dari pembedahan)


MENDIDIK RAKYAT CELIK POLITIK

Mohd Azmi Abdul Hamid
Presiden TERAS


Mengamati jalan pikir politik rakyat sangat merunsingkan. Bukan kerana rakyat memang begitu pikirannya .Akan tetapi rakyat dikondisikan berpikir begitu. Jika rakyat dihamilkan oleh ibu yang takabur manakan tidak lahirlah rakyat yang berpikir gagap. Akibat kerap disergah bapak yang bengis maka jadi gagaplah rakyat yang digelar anak. Gagap untuk berkata yang benar . Gagap juga untuk menyanggah yang salah.

Puncanya ? Rakyat membesar dengan asuhan naif dalam pikir politik. Atau juga memang berpikir politik yang sedia ada inilah yang bikin rakyat jadi seperti ini. Kerana tidak diajar berpolitik , tidak diajar ilmu hukum maka beginilah jadinya.

Rakyat jadi susah menilai peribadi orang yang galak meminta diberi jawatan. Sebabnya? Rakyat sendiri tidak diilmukan dengan ilmu sahsiah dan ilmu jiwa. Lalu jadi jahil sebilangan besar rakyat bila memileh pemimpin politik. Kerna yang disumbat dalam pikiran rakyat hanyalah pikiran lurus bendul. Tidak diizinkan mengerti uraian berpikir , jauh sekali filsafat dan ilmu logika.

Memang tidak keterlaluan jika dirumuskan bahawa rakyat sebetulnya tidak dimaksudkan untuk mengerti itu semua. Yang pasti rakyat hanya dipersiapkan untuk jadi alat saja.

Demikianlah rakyat muda kita mendewasa. Mereka dididik untuk patuh bukan pematangan dalam berpikir. Mereka ditatang untuk menghafal bukan dilatih untuk mengurai permasalahan. Mengenai dasar keadilan di dalam pergaulan dan kelakuan manusia , mengenai kenapa manusia berpelajaran tidak sama dengan manusia berpendidikan , mengenai kemelaratan di tengah-tengah kemewahan dan pembaziran.

Itu semua tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji. Lalu generasi yang lahir ditengah rakyat ialah generasi bersijil , bukan generasi berpikir. Akhirnya yang diperolehi dari rakyat yang digelar graduan hanya dapatan dari segunung tesis-tesis beratusan muka surat dan kajian yang berjilid-jilid buat memenuhi syarat lulus ijazah .

Namun kenyataan di dunia menjadi remang-remang.Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, tidak boleh rakyat hubung-hubungkan. Sehingga rakyat jadi marah pada diri sendiri dan sebal terhadap masa depan.Lalu akhirnya, rakyat terasyik dalam menikmati masa bodoh dan hidup santai terus .

Demikian seangkatan demi seangkatanlah lahir generasi gagap. Hanya terbiasa dengan memakai dan menerima . Tanpa boleh mengurai dan bertanya , jauh sekali menghasil keasliaan dalam berpikir. Jadilah rakyat gagap dalam bersikap , dan santai dalam berperangai. Persis hidup bak luncai dengan labu-labunya.

Walhasil rakyat dan aktor politik hanya tahu bergelar dan berpangkat. Bergelar dan berpangkat itu pula disamakan dengan memimpin, padahal sebetulnya ia hanya baru berada diambang kuasa , bukan memimpin. Menjadi semakin kabur dan kelabu pandangan mata hati rakyat dalam berpolitik.

Jika dirujuk kepada leluhur bapak-bapak rakyat ternyata  ada satu punca besar rakyat jadi begini. Puncanya pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat.Di sana anak-anak memang disiapkan untuk menjadi alat dari industri , perkakas bagi pemerintah.

Dalam industri mereka berjalan tanpa henti mengikut rantai sambung menyambung memenuhi target produktiviti dan dalam sistem pemerintah mereka dipersiapkan menjadi alat birokrasi!

Maka kelihatan manusia industri dan manusia birokrasi masing-masing sibuk .Yang satu mengfasilitasi kecekapan yang satu , yang satu menyokong kelancaran yang satu. Semua ini diberi kalimat hebat yang dinamai "transformasi" Sehingga tidak sedar rupanya birokrasi menjadi berlebihan , industri pula menghasil sampah bertimbunan tanpa kegunaan - menjadi benalu di dahan. Yang ini pula diberi pradikat "pertumbuhan".

Padahal "transformasi" yang diwar-warkan sebenarnya menggahkan "form" bukan isi , dan "pertumbuhan" pula menjadi "ketumbuhan" tumor yang tidak punya had merebak sel kanser yang membunuh, bukan pemerataan untuk keadilan buat mereka yang tersisih dan terpinggir.

Politik rakyat menjadi semakin gelap. Pendidikan tidak memberikan pencerahan. Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan. Politik tidak menghasilkan pembelaan. Yang diharap memimpin akhirnya enak disinggahsana kekuasaan.

Karena rakyat tidak pandai mentafsirkan, akhirnya lebih enak lari ke dalam ganja kebergantungan. Lalu berduyun-duyun meramaikan majlis berteriak " kita boleh ! " , menjerit " janji ditepati " disebalik keperitan perut yang maseh lapar , anak maseh terputus susu , ibubapa bekerja siang malam ketika berikhtiar menutup kaki kepala terdedah , menutup kepala kaki terbuka. Di dalam kemabukan, wajah berdarah akan terlihat sebagai bulan. Kening berkedut terlihat sebagai bintang berkelipan.


Rupanya rakyat termakan rawatan ubat "tahan sakit" yang bersifat sementara. Diminta mereka menadah tangan sementara melafazkan janji setia memenangkan mereka untuk berkuasa lagi. Tidak diketahui barah ketumbuhan itu akan menyerang kembali . Ketika itu bukan , bukan jeritan " janji ditepati " yang akan bergema lagi , akan tetapi bertukar menjadi " rakyat perlu berkorban " menjadi tag-line yang baru pula.

Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini? Mengapa harus rakyat terima hidup begini?

Sememangnya seseorang itu berhak diberi ijazah doktor , jika itu yang dia inginkan, lalu rakyat dan nusa menjadi  bangga. Memilikki rakyat dari yang terpelajar. Walaupun tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. Beranikah dia berbicara bila ada tirani merajalela. Ataukah kerjanya cuma menyuntik ubat tahan sakit saja.

Demikian rakyat puas melihat berbondong-bondong mahasiswa graduan ilmu hukum bagaikan berbarisan perwira-perwira keadilan ataukah hanya menjadi saf kareris mengejar pendapatan lumayan bukan penyuara pendapat kebenaran. Mungkinkah rakyat akan dikecewakan , yang dikata perwira-perwira ini berkesudahan hanya sebagai bendera-bendera upacara, sementara hukum dikhianati berulang kali didepan mata.


Berharapkah lagi rakyat kepada mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi yang berderetan bagaikan bunga plastik, kelihatan indah dari pandangan jauh tetapi hambar bila disentuh. Lantaran mereka bukan graduan dari permasalahan ekonomi rakyat akan tetapi penteoris ilmu ekonomi di kamar kuliah di gedung universiti . Padahal yang melingkari realiti ekonomi rakyat adalah kebangkrutan yang sarat dengan tabiat korupsi. Yang terhasil bajet yang berkepanjangan defisit tanpa alasan , yang terlibat ialah perbelanjaan mewah tanpa rasional.

Rakyat berada di dalam pusaran tata warna yang mengelirukan dan tak terbaca. Berlegar dalam penjara kabut yang memabukkan tanpa menemukan jalan keluar.

Tangan rakyat menggapai untuk mencari pegangan dalam kelemasan udara tercemar dan beracun. Dan bila luput, rakyat terkapai-kapai mencakar ke arah udara.

Inikah yang dikatakan rakyat menjadi  angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar. Daya hidup telah diganti oleh nafsu. Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. Jika rakyat terus begini , inilah angkatan rakyat yang berbahaya. Bukan sahaja untuk generasi masakini malah buat angkatan mendatang.



Dinukil
pada 13 hb Disember 2012
jam 3.22 ptg
Di Merbok , Kedah
Kamar tidur sambil mengharapkan pulih dari pembedahan
 
 
 

No comments: