Wiji Thukul,
Aku Ingin Jadi Peluru, Indonesiatera, Magelang, 2004:193
Akan kubaca
puisi-puisi sebegini di pelbagai khalayak marhein: buruh, nelayan, pemandu teksi, petani, kaum
guru pun mak-pak cik Felda...
“Puisi Menolak
Patuh
walau penguasa
menyatakan keadaan darurat
dan
memberlakukan jam malam
kegembiraanku
tak akan berubah
seperti
kupu-kupu
sayapnya tetap
akan indah
meski air kali
keruh
pertarungan
para jenderal
tak ada
sangkut pautnya
dengan
kebahagiaanku
seperti cuaca
yang kacau
hujan angin
kencang serta terik panas
tidak akan
mempersempit atau memperluas langit
lapar tetap
lapar
tentara di
jalan-jalan raya
pidato
kenegaraan atau siaran pemerintah
tentang
kenaikan pendapatan rakyat
tidak akan
mengubah lapar
dan terbitnya
kata-kata dalam diriku
tak bisa
dicegah
bagaimana kau akan
membungkamku?
penjara
sekalipun
tak bakal mampu
mendidikku
jadi patuh”
17 januari 97.
No comments:
Post a Comment